Rabu, 28 Desember 2011

Penatalaksanaan Perdarahan antepartum

Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum Pada Multigravida Hamil Preterm Belum Inpartu



Abstrak :
            Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesaria, bekas aborsi, kelainan janin, dan leiomioma uteri. Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran. Komplikasi pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasinya asfiksia berat. Pada kasus ini seorang wanita usia 40 tahun G3P2A0 usia kehamilan 35 3/7 minggu datang dengan perdarahan merah segar  tanpa nyeri perut. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian cairan adekuat, bed rest total, monitoring keadaan umum, tanda vital, jumlah perdarahan, suplementasi, pertahankan kehamilan hingga aterm, rencanakan persalinan seksio sesaria.

Keyword : Plasenta previa, perdarahan antepartum, multigravida

Kasus  :
            Seorang ♀ 40 tahun G3P2A0 datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Darah merah segar dan banyak, tidak disertai nyeri perut. HPHT 17-11-2009, HPL 24-8-2010, usia kehamilan 35 3/7 minggu. Anak pertama seorang perempuan 5 tahun berat lahir 2,3 kg lahir secara seksio sesaria atas indikasi panggul sempit. Anak kedua meninggal dalm kandungan ketika usia kehamilan 6 bulan. Pasien menikah 1x selama 10 tahun. Kontrasepsi susuk 3 tahun kemudian diganti pil 1,5 tahun. Periksa kehamilan dilakukan rutin di bidan sebulan sekali, imunisasi TT (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat keluhan serupa (perdarahan) (+) mondok 3 minggu yang lalu, riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat penyakit keturunan (-), riwayat bayi kembar (-), riwayat merokok (-), riwayat alkohol (-), riwayat trauma (-). Pemeriksaan fisik didapat : keadaan umum lemah, tanda vital dalam batas normal. Inspeksi : tidak pucat, tidak sianosis, cloasma gravidarum (+), glandula mammae areola/puting hiperpigmentasi, perut membuncit, striae (+), linea alba (+), linea nigra (+), skar (+) post seksio sesaria 5 tahun yang lalu, vulva tampak darah keluar dari vagina. Palpasi : tinggi fundus uteri 29 cm, janin tunggal, presentasi bokong, punggung kiri, bokong 5/5 bagian, his (-), abdomen tegang, nyeri (-), taksiran berat janin 2635 gram. Denyut jantung janin (+) 148x/menit punctum maksimum kiri atas pusat. Pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin 7,2 g/dl, angka leukosit 12,7x103/ul, golongan darah O.

Diagnosis :
Multigravida, hamil preterm, belum inpartu dengan plasenta previa

Terapi :
Infus ringer laktat 20 tpm. Pasien di monitor keadaan umumnya, vital sign, denyut jantung janin dan jumlah perdarahannya setiap 15 menit. Bed rest total, suplementasi prenamia 1 tablet per hari, vitamin C 1 tablet per 8 jam, Bcomplex 1 tablet per 8 jam, diberikan juga kalnex 1 per 8 jam. Pertahankan kehamilan hingga aterm, persalinan secara seksio sesaria.

Diskusi
Penatalaksanaan plasenta previa harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri dan tidak melakukan senggama. Menghindari peningkatan tekanan rongga perut (batuk, mengejan karena sulit BAB). Pasang infus NaCl fisiologis, bila tidak memungkinkan beri cairan peroral. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula DJJ dan pergerakan janin. Bila terjadi renjatan segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan. Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasar usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin < 2.500 g, maka : bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari selama 3 hari. Bila perdarahan berulang, lakukan periksa dalam di atas meja operasi, bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan preterm. Bila tidak ada renjatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 atau lebih , lakukan periksa dalam di atas meja operasi. Bila ternyata plasenta previa, lakukan persalinan perabdominam. Pada kasus di atas dilakukan perbaikan keadaan umum pasien, kehamilan dipertahankan hingga aterm dan direncanakan seksio sesaria.

Kesimpulan
            Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesaria, bekas aborsi, kelainan janin, dan leiomioma uteri. Penatalaksanaan plasenta previa harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Pasien kasus di atas di monitor keadaan umumnya, vital sign, DJJ dan jumlah perdarahannya tiap 15 menit. Bed rest total dan suplementasi. Pertahankan kehamilan hingga aterm, persalinan secara seksio sesaria.


Referensi
1.            Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2000 Plasenta Previa, dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
2.      Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
3.      Wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka
Penulis
Abdul Latif. Program Pendidikan Profesi Dokter. Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan. RSUD Kota Salatiga. 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar